Friday, August 12, 2016

HARGA TEMAN

Di kampung saya dulu ada seorang ibu-ibu yang sangat jago nawar harga setiap barang yang akan dibelinya hingga sesuai dengan target keinginannya, yaitu semurah-murahnya. Para sahabatnya sangat mengandalkan kelihaiannya untuk menawar harga barang-barang yang akan dibelinya, dan selalu berhasil. Kerabat2nya juga sangat memuji keahlian dia yang satu ini. Bahkan saking terkenal akan kelihaiannya dalam menawar harga, sampai-sampai banyak penjual sayur di pasar yang enggan berurusan dengannya...loh? Ya iyalahh...menawar harga barang yang bernilai atau berharga tinggi pada pedagang besar memang wajar dilakukan, tetapi kalau menawar dagangan pada tukang sayur, pedagang makanan keliling, dan pedagang kecil lainnya yang notabene penghasilannya masih "Senin Kamis" alias kadang laku kadang tidak, tentu harus lebih bijaksana dikit. Kita atau Anda tentu pernah membeli barang yang sama antara di supermarket dengan di pedagang kecil pinggir jalan, kalau di pedagang pinggir jalan wow, kita gigiiih...sekali menawar sampai harga yang serendah-rendahnya, berbeda dengan saat membeli barang yang sama, tapi di supermarket atau hipermarket. Tak pernah kita protes, apalagi menawar-nawar harga, padahal disana mencantumkan harga yang lebih tinggi dan lebih mahal. Kita main ambil-ambil saja. Hmm..padahal bisa kita bayangkan perbedaan kondisi ekonomi pemilik supermarket dengan pemilik dagangan pinggir jalan tadi bukan? 



Kita juga sering dihadapkan pada kondisi dimana suatu barang atau jasa yang kita beli mendapatkan "Harga Teman" dari penjual atau penyedia jasanya. Mungkin karena kita teman baik, karena kenal, karena tetangga, atau karena mereka orang tua teman anak-anak kita? Sehingga kita mendapat Harga Teman alias lebih rendah dari harga yang ditawarkan. Kadang-kadang dalam suatu transaksi kita sering menawar, "ayo dong, jangan segitulah harganya, kita kan teman....kita kan langganan.." Begitulah suatu pertemanan memang dapat menguntungkan dan dapat dimanfaatkan disatu sisi...Tapi tunggu dulu, bagaimana kalau kondisinya seperti pada cerita sebelumnya diatas? Yakni justru teman kita yang sedang berjualan itu secara finansial berada dibawah kita? Akankah kita sebagai pembeli ingin diberlakukan dengan harga teman? Seandainya saya diposisi sebagai pembeli, dan kondisi keuangan saya jelas lebih beruntung daripada teman kita yang berjualan itu, saya tetap akan memberlakukan Harga Teman.....ya...Harga Teman dalam kondisi seperti ini adalah saya akan membayar "lebih" daripada harga yang ditawarkan. Memang sih, kadang-kadang ada teman yang menolak dibayar lebih atau bahkan tidak mau dibayar sama sekali atas apa yang sudah diberikan kepada kita. Bukannya dia tidak membutuhkan uangnya, bukannya dia munafik, tetapi mungkin saja teman kita itu menempatkan persahabatan melebihi harga barang atau jasa yang dia berikan. Nah, teman yang seperti ini layak kita beri "bonus" persahabatan dilain waktu. (Didiet DSH)


0 komentar:

Post a Comment

Silakan berkomentar non SARA dan hal-hal yang bersifat Kebencian, karena ini adalah Majalah yang bersifat Inspirasi