Saturday, January 30, 2016

EMBUNG IRIGASI




Embung yang berada di dusun Malangsuko, Tumpang, Malang ini selain menjadi tempat berwisata, juga berfungsi sebagai media irigasi untuk persawahan yang ada disekitarnya. Penting menjadi perhatian adalah menjaga debit air di hulunya, dengan cara tidak mengeksploitasi untuk kepentingan dan keuntungan kelompok tertentu, menjaga kelestarian hutan disekitarnya, pepohonannya, dan sumber airnya sendiri. (foto Aditya GP)

Saturday, January 23, 2016

PEMANDANGAN KLASIK PEDESAAN


Pemandangan seorang bapak menaiki sepeda jadul merupakan hal lumrah hingga di tahun 80-an. Bahkan di tahun 80 hingga awal 90 an masih banyak anak-anak sekolah yang bersepeda untuk bepergian menuju tempat belajarnya. Sudah pasti tubuh mereka lebih sehat, stamina lebih baik, dan kuat. Kini bersepeda sudah mulai digerakkan kembali di kota-kota besar dengan memanfaatkan momen Car Free Day. Di Denmark dan banyak negara-negara Eropa, bersepeda sudah merupakan budaya dan kebiasaan sehari-hari untuk transportasi , dan sudah berlangsung bertahun-tahun. Ironisnya di pinggiran kota Malang dan kota-kota lainnya, tradisi bersepeda justru sudah mulai hilang dan menjadi tradisi berkendara sepeda motor, bahkan untuk jarak yang cukup dekat sekalipun kita lebih senang menggunakan sepeda motor. Sekarang ini pertumbuhan pengguna sepeda motor sangat cepat sekali, sehingga bahkan mulai menimbulkan kemacetan dan polusi dimana-mana, polusi udara dan suara. Yuk mulai lagi bersepeda untuk jarak yang dekat?? (Didiet DSH / foto by Aditya GP, pinggiran kota Malang)

Saturday, January 16, 2016

CIPLUKAN

WIKIPEDIA menyebutkan : Ceplukan atau ciplukan adalah nama sejenis buah kecil, yang ketika masak tertutup oleh perbesaran kelopak bunga. Buah ini juga dikenal dengan pelbagai nama daerah seperti cecenet atau cecendet (Sd.), nyurnyuran (Md.), dan kopok-kopokan (Bl.). Merupakan buah yang tidak asing bagi warga pedesaan terutama di pegunungan dan persawahan. Pada tahun 80-90 saya juga merasakan nikmatnya buah ini secara gratis, karena tumbuh dimana-mana saat saya sedang menjelajah alam di Malang Timur. Saya sudah hampir lupa rasanya, ketika beberapa tahun kemudian ada kabar angin bahwa buah ini termasuk jenis yang dilindungi di area Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Saya agak terkejut juga, kenapa buah-buahan yang seperti semak-semak ini bisa menjadi jenis flora yang mulai langka. Lebih terkejut lagi ketika di media online disebutkan bahwa buah ini di sebuah supermarket dibandrol dengan harga Rp.500.000 per kilogramnya. Dalam keterkejutan ini saya tentu berharap, ada pemikir, penggiat di Malang dan sekitarnya untuk mulai membudidayakan jenis buah ini, karena hanya dengan di"kemas" sedemikian rupa, menjadi lebih mahal dan mempunyai nilai ekonomis tinggi. Hmmm....andaikan....( Didiet De' Esha)

Monday, January 11, 2016

SUNGAI DI MALANG TIMUR

Sebuah anugerah luar biasa bila suatu wilayah teraliri oleh sungai. Apalagi bila sungai tersebut dijaga debitnya, pemanfaatannya dan kebersihannya. Kecamatan Tumpang merupakan salah satu wilayah yang mendapat "barokah" luar biasa tersebut. Tinggal warganya, apakah mempunyai kepedulian untuk ikut menjaganya? (Foto Leksono GA)

Saturday, January 9, 2016

PAKAN TERNAK ALAMI


Sekarang ini kita sering mendengar, membaca atau melihat bahwa pakan ternak seperti kambing, sapi, dll. sudah banyak ragam jenis dan pengembangannya. Kalau dulu sebelum ternak menjadi komoditi yang perlu digenjot pertumbuhannya, yang namanya kambing, sapi (sebagai herbivoran) tentulah hanya makan rumput, batang daun padi, batang daun jagung dll.yang langsung diambil dari alam, tanpa penambahan zat2 semacam vitamin, protein hewani yang dicampurkan dan diformulasikan sebagai resep dll. karena sebenarnya sudah sangat sesuai dengan metode pencernaannya yang berusus panjang. Sekarang ini bahkan ada ternak yang makan sampah dan kotoran. Nah, bagaimana menurut Anda, apakah sebaiknya ternak yang sehat alami seharusnya dibudidayakan dengan pakan alami atau dengan pakan rekadaya manusia / resep ataukah dibiarkan begitu saja makan seadanya? (Aditya GP)