Ketika kita mengalami rutinitas sebagai seorang pekerja yang tinggal di kota-kota besar, yang sangat padat, terbiasa diburu waktu, tergesa-gesa, gelisah, bising, polutan bertebaran, macet..de el el..maka waktu atau ritme ditubuh kita manjadi terasa lebih cepat. Mereka yang mengalami hal ini tentu sering sekali merasakan, betapa cepatnya waktu berlalu. Baru melakukan sedikit aktivitas saja, tahu-tahu jam sudah menunjukkan waktu sudah berlalu begitu banyak, tanpa terasa dan tanpa kita sadari. Ketergesaan sudah menjadi bagian dari energi tubuh kita, sudah menjadi bagian dari bawah sadar kita. Sehingga ketika kita tiba di suatu desa yang sunyi, sejuk, damai, terasa ada yang 'melambat' didalam kesadaran kita. Dalam suatu kesempatan saya pernah merasakan waktu berjalan lebih lambat, cooling down alami seolah terjadi disini. Ngobrol bersama teman-teman dari jam 7 malam hingga sampai mulut terasa berbusa-busa, dan ketika melihat jam, ternyata masih jam 11 malam, padahal saya merasa seharusnya sudah jam 2 dini hari. Wow..Senang rasanya mengetahui hal ini, berarti waktu untuk tinggal di desa yang nyaman ini masih cukup lama. Masih ada waktu untuk meredakan stress kehidupan hingar bingar kota. Memang, tinggal di desa yang sejauh mata memandang merupakan tanaman hijau, sungguh suatu kesempatan yang menyenangkan. Kehidupan desa pertanian tak sekedar sebagai tempat yang sejuk dan indah, namun juga menyehatkan pikiran, badan dan memberikan inspirasi akan ketenangan hidup. Desa pertanian merupakan aset penting yang harus dipertahankan.
(Didiet DSH)
Kebun jagung desa Robyong, Tumpang |
Tanah yang subur dan siap ditanami |
0 komentar:
Post a Comment
Silakan berkomentar non SARA dan hal-hal yang bersifat Kebencian, karena ini adalah Majalah yang bersifat Inspirasi