Hari itu saya untuk pertama kalinya ingin mengunjungi tempat wisata alami Sumber Pitu yang terletak di sekitar desa Duwet Krajan (kecamatan Tumpang atau Poncokusumo?)yang sempat ramai dibicarakan di media sosial. Bersama teman-teman kami sengaja untuk memutuskan berjalan kaki saja menuju lokasi, dengan pertimbangan lebih mudah untuk mengabadikan pemandangan-pemandangan menarik sembari olahraga dan ngabuburit. Setelah memarkirkan sepeda motor di rumah penduduk, kamipun berjalan menyusuri jalan setapak yang masih di "con block" pada awalnya dan menjadi jalan setapak pada tiga perempat jalan setelahnya. Buat saya yang sudah terlalu lama tinggal di kota seperti Jakarta yang nota bene hampir tak pernah mati akan segala aktifitasnya, jalanan menuju Sumber Pitu serasa seperti jalanan menuju tepian surga. Udara yang relatif bersih, sejuk, dan suara-suara serangga serta kicauan burung terasa seperti alunan irama pengantar kontemplasi. Damai.......
Saya dan kawan-kawan sangat menikmati benar suasana ini. Kiri kanan kami tampak tanaman para petani setempat yang begitu segar dan alami. Kami mengabadikan momen2 ini dengan sebaik-baiknya. Tebing-tebing nan hijau seolah mengingatkan kita, betapa suburnya negeri ini. Kurang lebih 1 km jarak perjalanan menuju lokasi yang ingin kami tuju. Mendekat lokasi, kami disambut dengan pancuran air yang dinamakan Sugeng Rawuh (Salamat Datang), beberapa kawan mencuci muka dan membasuh tangan untuk menyegarkan badan. Setelah melewati air mancur tersebut, agak menikung sedikit kami disambut dengan suara gemuruh yang......wow...ternyata itu adalah suara air terjun yang cukup besar tinggi juga. Teman-teman langsung berteriak-teriak karena takjub dan tak menyangka, karena kami mengira Sumber Pitu itu hanyalah sumber air pegunungan biasa dan tidak ada air terjunnya. Kontan beberapa dari kami tak menyia-nyiakan budaya baru abad 21 yang bernama "selfie" dengan banyak background-background pilihan sesuai keinginan kami masing-masing. Agak di kejauhan diatas tebing sebelah kiri sana terlihat bangunan yang menurut saya agak mengganggu "kealamian" suasana disekitarnya. Ternyata bangunan berwarna biru itu adalah sebuah tandon air yang konon digunakan untuk air minum proyek PDAM. Saya jadi berfikir, ini pasti proyek-proyek yang dibuat ala era Orde Baru, tanpa mengindahkan kealamian dan lingkungan disekitarnya, tanpa berkomunikasi dengan para pecinta lingkungan hidup, pecinta alam dan warga-warga yang memanfaatkan aliran sungai yang ada dibawahnya. Kalau memang membuat untuk air minum warga kota Malang, kenapa tidak dibuatkan saja bendungan kecil dengan sistem filterisasi didekat kota Malang sana? Ah, sudahlah saya jadi apriori dengan idealisme semacam ini, toh suara-suara yang pernah saya dengar untuk menentang pembangunan tandon pada akhirnya mentah juga oleh waktu. Biarlah nanti waktu juga yang mengadili para pengganggu lingkungan alam ini. "Woiiiii..." tiba-tiba ada yang berteriak-teriak diatas sana, mengejutkan saat saya yang tengah merenung sembari menikmati hembusan angin dari air terjun didepan saya. "Munggah mrene mass!!!" teriak penduduk setempat sambil menunjuk-nunjuk kearah tandon. Sayapun naik karena penasaran. Sesampai diatas barulah terlihat dengan jelas betapa sumber air yang begitu jernih seolah dimuntahkan begitu saja dari tebing-tebing bersemak-semak. Airnya sangat jernih, benar-benar seperti melihat sebuah kemurnian alam yang dikaruniakan Sang Maha kepada kita. Subhanallah....Teman-teman lainpun mengikuti dan berselfie ria diarea sekitar sumber. Penduduk setempat menjelaskan bahwa sumber tersebut boleh dipakai untuk mandi yang konon juga memberikan efek penyembuhan, menjadikan badan lebih sehat dan awet muda...mmmm...kontan beberapa teman langsung memanfaatkan kesempatan baik itu untuk nyebur.. Cusss.. airnya terasa sejuk, dibadan terlihat asap panas suhu tubuh yang kontras dengan dinginnya air. Tak terkira keriangan mereka, seolah kembali terlempar ke masa kecil, bercanda, menyelam, berenang...puass. Perjalanan kali ini bersama teman-teman menyisakan kenangan indah, rasa kebersamaan, dan sedikit pegal2 di kaki pada beberapa kawan yang kebetulan jarang berolah raga. Secara keseluruhan kami puas... dan beberapa kawan yang belum menikmati sejuknya mandi di Sumber Pitu, ingin mengulang kembali petualangan kecil ini. Saya mengabadikan momen ini dibeberapa video, sebagian ada juga foto-foto. Ada beberapa catatan kecil juga yang perlu menjadi perhatian kami semua, yaitu tentang sampah, masih saja ada ketidaksadaran terhadap lingkungan para pengunjung dengan membuang sisa tempat makanan dan minuman begitu saja. Seharusnya mereka membawa kembali sampah itu untuk menjauh dari area karunia ilahi yang tak ternilai itu. But overall....satisfied!! (Didiet DSH) Untuk melengkapi foto Anda juga dapat melihat videonya : https://www.youtube.com/watch?v=LLhvBhTKOZY
|
Jalanan yang lengang menuju Sumber Pitu |
|
Gerbang desa Duwet Krajan |
|
Jalanan sepi, selalu berhati-hati berkendara |
|
Mmm...perbuatan tak bertanggung jawab |
|
Ada beberapa sisi tebing yang mengeluarkan air yang sangat bening dan segar ini, konon banyak orang sakit yang disembuhkan disini |
|
Sumber air alami yang layak minum, suatu karunia semesta yang patut dijaga |
segar banget
ReplyDeletesepertinya menarik
ReplyDeletememang layak minum
ReplyDeletememang layak minum
ReplyDelete