Friday, July 29, 2016

SUMBER PITU 22 Juni 2016

Hari itu saya untuk pertama kalinya ingin mengunjungi tempat wisata alami Sumber Pitu yang terletak di sekitar desa Duwet Krajan (kecamatan Tumpang atau Poncokusumo?)yang sempat ramai dibicarakan di media sosial. Bersama teman-teman kami sengaja untuk memutuskan berjalan kaki saja menuju lokasi, dengan pertimbangan lebih mudah untuk mengabadikan pemandangan-pemandangan menarik sembari olahraga dan ngabuburit. Setelah memarkirkan sepeda motor di rumah penduduk, kamipun berjalan menyusuri jalan setapak yang masih di "con block" pada awalnya dan menjadi jalan setapak pada tiga perempat jalan setelahnya. Buat saya yang sudah terlalu lama tinggal di kota seperti Jakarta yang nota bene hampir tak pernah mati akan segala aktifitasnya, jalanan menuju Sumber Pitu serasa seperti jalanan menuju tepian surga. Udara yang relatif bersih, sejuk, dan suara-suara serangga serta kicauan burung terasa seperti alunan irama pengantar kontemplasi. Damai.......
Saya dan kawan-kawan sangat menikmati benar suasana ini. Kiri kanan kami tampak tanaman para petani setempat yang begitu segar dan alami. Kami mengabadikan momen2 ini dengan sebaik-baiknya. Tebing-tebing nan hijau seolah mengingatkan kita, betapa suburnya negeri ini. Kurang lebih 1 km jarak perjalanan menuju lokasi yang ingin kami tuju. Mendekat lokasi, kami disambut dengan pancuran air yang dinamakan Sugeng Rawuh (Salamat Datang), beberapa kawan mencuci muka dan membasuh tangan untuk menyegarkan badan. Setelah melewati air mancur tersebut, agak menikung sedikit kami disambut dengan suara gemuruh yang......wow...ternyata itu adalah suara air terjun yang cukup besar tinggi juga. Teman-teman langsung berteriak-teriak karena takjub dan tak menyangka, karena kami mengira Sumber Pitu itu hanyalah sumber air pegunungan biasa dan tidak ada air terjunnya. Kontan beberapa dari kami tak menyia-nyiakan budaya baru abad 21 yang bernama "selfie" dengan banyak background-background pilihan sesuai keinginan kami masing-masing. Agak di kejauhan diatas tebing sebelah kiri sana terlihat bangunan yang menurut saya agak mengganggu "kealamian" suasana disekitarnya. Ternyata bangunan berwarna biru itu adalah sebuah tandon air yang konon digunakan untuk air minum proyek PDAM. Saya jadi berfikir, ini pasti proyek-proyek yang dibuat ala era Orde Baru, tanpa mengindahkan kealamian dan lingkungan disekitarnya, tanpa berkomunikasi dengan para pecinta lingkungan hidup, pecinta alam dan warga-warga yang memanfaatkan aliran sungai yang ada dibawahnya. Kalau memang membuat untuk air minum warga kota Malang, kenapa tidak dibuatkan saja bendungan kecil dengan sistem filterisasi didekat kota Malang sana? Ah, sudahlah saya jadi apriori dengan idealisme semacam ini, toh suara-suara yang pernah saya dengar untuk menentang pembangunan tandon pada akhirnya mentah juga oleh waktu. Biarlah nanti waktu juga yang mengadili para pengganggu lingkungan alam ini. "Woiiiii..." tiba-tiba ada yang berteriak-teriak diatas sana, mengejutkan saat saya yang tengah merenung sembari menikmati hembusan angin dari air terjun didepan saya. "Munggah mrene mass!!!" teriak penduduk setempat sambil menunjuk-nunjuk kearah tandon. Sayapun naik karena penasaran. Sesampai diatas barulah terlihat dengan jelas betapa sumber air yang begitu jernih seolah dimuntahkan begitu saja dari tebing-tebing bersemak-semak. Airnya sangat jernih, benar-benar seperti melihat sebuah kemurnian alam yang dikaruniakan Sang Maha kepada kita. Subhanallah....Teman-teman lainpun mengikuti dan berselfie ria diarea sekitar sumber. Penduduk setempat menjelaskan bahwa sumber tersebut boleh dipakai untuk mandi yang konon juga memberikan efek penyembuhan, menjadikan badan lebih sehat dan awet muda...mmmm...kontan beberapa teman langsung memanfaatkan kesempatan baik itu untuk nyebur.. Cusss.. airnya terasa sejuk, dibadan terlihat asap panas suhu tubuh yang kontras dengan dinginnya air. Tak terkira keriangan mereka, seolah kembali terlempar ke masa kecil, bercanda, menyelam, berenang...puass. Perjalanan kali ini bersama teman-teman menyisakan kenangan indah, rasa kebersamaan, dan sedikit pegal2 di kaki pada beberapa kawan yang kebetulan jarang berolah raga. Secara keseluruhan kami puas... dan beberapa kawan yang belum menikmati sejuknya mandi di Sumber Pitu, ingin mengulang kembali petualangan kecil ini. Saya mengabadikan momen ini dibeberapa video, sebagian ada juga foto-foto. Ada beberapa catatan kecil juga yang perlu menjadi perhatian kami semua, yaitu tentang sampah, masih saja ada ketidaksadaran terhadap lingkungan para pengunjung dengan membuang sisa tempat makanan dan minuman begitu saja. Seharusnya mereka membawa kembali sampah itu untuk menjauh dari area karunia ilahi yang tak ternilai itu. But overall....satisfied!! (Didiet DSH) Untuk melengkapi foto Anda juga dapat melihat videonya : https://www.youtube.com/watch?v=LLhvBhTKOZY
Jalanan yang lengang menuju Sumber Pitu

Gerbang desa Duwet Krajan
Jalanan sepi, selalu berhati-hati berkendara
Mmm...perbuatan tak bertanggung jawab
Ada beberapa sisi tebing yang mengeluarkan air yang sangat bening dan segar ini, konon banyak orang sakit yang disembuhkan disini
Sumber air alami yang layak minum, suatu karunia semesta yang patut dijaga

Wednesday, July 27, 2016

ALUN-ALUN KOTA MALANG

Hari pertama mengunjungi kota Malang, saya langsung diajak berkeliling ke tempat-tempat menarik. Salah satunya adalah Alun-Alun Malang, sebuah tempat bersejarah dan merupakan salah satu icon kota Malang. Disana terlihat juga sebuah masjid tua kota Malang, yaitu masjid Jami' Malang. Selanjutnya bisa Anda simak melalui gambar-gambar berikut. (Didiet DSH)
Pepohonan yang tinggi dan rindang benar-benar membuat kesan sejuk dan asri


Masjid Jami' kota Malang, icon penting dan salah satu masjid tertua di Malang.

Area bermain yang kini semakin lengkap dan bervariasi

Ciri budaya yang tetap harus kita tanamkan, yaitu sarana pembuangan sampah yang sudah terpilah

Area bermain yang dibuat cukup kreatif, Superman mbecak???

Jalan dan taman yang tertata apik

Sayangnya saat itu ada beberapa tempat yang tengah dalam pemeliharaan, sehingga tidak semua suasana bisa diabadikan

Merupakan salah satu pilihan piknik yang murah dari pagi hingga malam hari

Jalanan disekitar Alun-Alun pagi hari saat Ramadhan

Pilar-pilar

Anda dapat berjalan-jalan dengan santai dipagi hari sembari menikmati sejuknya kota

Rumput-rumput yang ditata sedemikian rupa sehingga sekaligus berfungsi sebagai pembatas saat shalat (shaf) dari masjid Jami' kota Malang

Saturday, July 23, 2016

KETAHANAN PANGAN

Kali ini saya jalan-jalan disekitar kota Tumpang (Malang timur)untuk menemui seorang kawan di desa Robyong. Udara yang terasa sejuk membuat semangat saya dan teman saya menjadi lebih bergairah. Ada semacam kerinduan yang seolah ingin terpuaskan dengan melihat hijaunya setiap pemandangan yang kami lihat di kiri kanan jalan. Memasuki jalanan masuk ke desa Robyong, saya benar-benar disuguhi pemandangan pertanian yang menakjubkan. Hamparan tanah membentang dipenuhi oleh sayuran kubis yang sebentar lagi menunggu panen hingga ratusan meter sejauh mata memandang. Aktivitas para petani tampak berjalan normal dan bersemangat meski dalam nuansa Ramadhan. Udara yang relatif bersih karena jarangnya kendaraan bermotor berlalu lalang atau debu jalanan seperti di kota-kota pesisir sana, membuat rasanya ingin berlama-lama menikmati nuansa ini. 

Saya sangat berharap semoga bidang pertanian yang sudah disediakan sarana dan prasarananya oleh Yang Maha Kuasa, berupa tanah subur, air yang cukup tidak dirubah oleh sejumlah pengusaha yang akan menyulapnya menjadi tanah untuk perumahan atau bangunan beton lainnya. Hingga anak cucu kita kelak tetap bisa menikmati makanan hasil dari tanah kita sendiri. (Didiet DSH)

Hamparan tanaman kubis yang membentang hingga sejauh mata memandang.
Kegiatan bercocok tanam oleh para petani yang berlangsung menjelang tengah hari.
Tanaman jagung sebagai penyedia bahan kebutuhan pokok, berupa karbohidrat.


ALTERNATIF NASI


Makanan berkalori tinggi atau yang berkabohidrat, sudah menjadi bagian penting lidah dan selera orang Indonesia. Nasi menjadi kebutuhan pokok. Bahkan ada kecenderungan juga sudah makan segala macam panganan, tetapi sebelum makan nasi, berarti belum makan. Sebenarnya banyak ragam makanan pengganti nasi, ada kentang, ada ubi, ada singkong, ada jagung, dll. Ketika saya melewati sebuah lokasi suatu pedesaan, saya melihat tanaman singkong (ketela pohon) cukup banyak yang ditanam para petani. Tanaman ini mudah sekali tumbuhnya, cukup dengan menancapkan batangnya saja sudah tumbuh dan bisa membuahkan umbi yang siap menggantikan nasi. Tanaman ini bisa membantu ketahanan pangan masyarakat. Menurut Wikipedia: Ketela pohon, ubi kayu, atau singkong (Manihot utilissima) adalah tanaman perdu tahunan tropika dan subtropika dari suku Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.Indonesia merupakan penghasil singkong terbesar ketiga setelah Brazil dan Nigeria. Banyak produk dan turunan tanaman singkong ini yang bisa kita manfaatkan, antara lain: tepung tapioka, daunnya untuk disayur atau lalap setengah matang, tape singkong, keripik singkong, singkong keju, singkong goreng, dll. Jadi, singkong bisa juga sebagai alternatif makanan pengganti nasi. Kita hanya perlu membiasakan. 

Sunday, July 10, 2016

CAGAR BUDAYA




Suatu inisiatif yang bagus sekali disaat anak-anak kita, generasi penerus kita banyak sekali mendapat serbuan budaya luar dan aktivitas online yang kadang mempengaruhi sikap, cara berpikir mereka yang kurang sehat dan cenderung kurang peduli dengan lingkungan sekitar, warga desa Pulungdowo Tumpang mendirikan sanggar tari yang selain berfungsi untuk silaturahmi antar warga, juga sebagai tempat latihan untuk mengaktualisasi diri dengan seni. Tentu saja sanggar ini sekaligus menjadi cagar budaya bangsa kita. Bila terus dikelola dengan kreatif, manajemen yang baik, serta inovatif untuk membuat perkembangannya, niscaya sanggara tari ini akan terus maju dan bertahan. (Didiet DSH /foto  by: Aditya GP)

Friday, July 8, 2016

ANGON SAPI



Walaupun terkesan remeh dan kurang 'elit', beternak sapi adalah sebuah usaha yang menjanjikan keuntungan besar. Baik itu untuk sapi pedaging, atau sapi perah.

Tapi ternak sapi memang paling cocok dilakukan di pedesaan, di mana sumber daya alamnya masih melimpah, dan peternak tidak perlu pusing memikirkan pakan.

Sepertinya, aktivitas angon sapi di pagi hari, ketika matahari baru meninggi, sungguh menenangkan dan menyenangkan. Seperti bapak di dalam gambar ini ^^. By Aditya GP.

Wednesday, July 6, 2016

BAK LUKISAN KLASIK

Mengingat kata petani, yang terlintas dalam benak pastilah sebuah sosok bersahaja, hidup sederhana, berangkat bersama dengan terbitnya matahari dan setia menanti padi berubah kuning..Tak sering kita sadar, alangkah besar peran mereka dalam kelangsungan pangan kita setiap hari. Doa kami untukmu pak, semoga kesejahteraan petani kian meningkat, dan setiap panen berbuah nikmat. Foto by Aditya G.P

Saturday, July 2, 2016

PANORAMA


"Suatu Pagi di Desa Dengkol, Singosari"
Tak harus menjadi pendaki untuk menikmati keindahan gunung bernama Arjuna.
Gunung tertinggi ketiga di Jawa Timur ini tampak sangat cantik ketika dipandang dari tengah hamparan sawah dan suasana pedesaan yang kental.
Jika hari beranjak pagi dan mata sudah dibuai oleh keindahan alam begini, ditambah sepiring pisang goreng dan asap yang mengepul dari secangkir kopi panas, hmmm.... Siapa yang tidak tergoda? (Aditya Galuh P)